Total Tayangan Halaman

Kamis, 30 Desember 2010

KELAPARAN BERJARAK DUA METER DI DEKATKU

Sore kemarin, terjadi kehebohan di rumahku. Seorang wanita gila yang terlihat masih muda berhasil menyelinap memasuki rumah. Saksi kejadian terperangah ketika melihat di ruang makan telah berdiri seorang wanita asing tak dikenal berkulit cokelat legam dengan pakaian daster lusuh dan rambut berantakan. Ia sedang memegang piring dan hendak mengambil air. Para saksi segera tunggang langgang keluar menuju teras sementara mbak-mbak asing tersebut berlari entah ke mana.
Setelah aku melakukan penelusuran, ternyata mbak-mbak tersebut sedang duduk makan di gudang belakang rumah. Ia duduk diam sambil mengangkat perlahan sendok berisi nasi menuju mulutnya, hening....kulit tipis menampilkan tulang di dalam lengannya. Ia tak membalas lontaran kata yang kuucapkan, kepalanya menunduk, tak memperlihatkan ekspresi wajah. Kusodorkan air minum gelas plastik, ia tak terpengaruh dan masih menggerakkan tangan untuk mengontrol laju sendok ke arah mulutnya.
Sungguh tak tega, pasti ia sedang lapar, berapa banyak makanan yang bisa dinikmati oleh orang gila gratis di jalanan? itulah yang sejenak terbersit di pikiranku.
Singkat cerita, ia dihalau pergi beberapa saat kemudian oleh ayahku.
Sore keesokan harinya, ia kembali datang ke halaman depan. Aku yang sedang mencuci motor cukup dikejutkan oleh kehadirannya. Segera ia menuju keran, dan mengarahkan jambu di tangan kanan yang tadi tak kuperhatikan untuk dicuci. Ia tersenyum sendiri melihat jambu itu, antusias. Sama sekali ia tak mengacuhkan kehadiranku yang berjarak dua meter di dekatnya, ia asyik sendiri mencuci jambu temuannya. Mbak tersebut memandangnya seakan telah menemukan harta karun yang tak ternilai harganya. Beberapa saat kemudian ia menundukkan kepala dan mendongak ke arah keran untuk meminum air tak layak minum dari keran.
Kejadian berlangsung dalam waktu kurang dari satu menit, aku mematung, terlalu malas untuk mengganggu kebahagiaan mbak tersebut. Kemudian tanpa diduga, ia menoleh ke arahku. Lesung pipinya begitu dalam,  rambutnya masih berantkan, kami bertatapan, sorot matanya tajam menyiratkan penderitaan yang mendalam. Satu hal yang pasti bisa kusimpulkan, ia sedang lapar.
Aku tertegun, terbayang begitu banyak orang gangguan ingatan yang beredar di jalanan hasil dari kondisi negara yang tak menentu ini. Berapa dari mereka yang kini sedang kelaparan?berapa dari mereka yang kini terancam kematian?mereka begitu marginal, sehingga bantuan pun jarang datang.
Dan aku hanya mematung memaksikan mbak tersebut melangkah pergi dengan senyum mengembang....


Rabu, 29 Desember 2010

KAMERA YANG MEMPERSATUKAN TIGA PULUH DUA MANUSIA DENGAN LATAR BELAKANG BERBEDA

Berbeda, itulah yang pertama kulihat dan kurasakan dari banyak nyawa yang ada di sekelilingku. Laki-laki dan perempuan dari berbagai daerah, berbagai latar belakang ilmu, agama, dan tingkat ketampanan dan kecantikan yang berbeda. Di bawah panji Universitas Gadjah Mada, kami memenuhi panggilan hati untuk mempelajari sebuah benda ajaib yang bernama kamera. Melalui kombinasi kecepatan, cahaya, momentum, selera, dan semangat yang membara kami perlahan berjalan bersama melewati masa. Dipersatukan oleh sesuatu yang bernama kamera, terseret oleh dimensi waktu yang menemani melewati hari, tak terasa terjalin sebuah ikatan tak kasat mata di antara kita.

Derai tawa, deras peluh, sengatan panas, dingin malam, deras hujan, pegal, lelah berkombinasi dengan antusiasme, kreativitas dan semangat yang membahana adalah warna-warna indah yang melewati perjalanan kita bersama. Seterang kilatan lampu flash, secepat shutter speed 1/1000, secerah cahaya yang terserap oleh Bulb, selembut tangan kita ketika mengeksekusi tombol pelepas rana, rasa kebersamaan dengan pasti tumbuh di antara kita. Berbagai hal kita rasakan. Berdebar bersama menanti hasil foto dari hunting, berpikir bersama mencari jalan untuk mencetak foto dengan biaya paling murah, memutar otak dengan keras untuk menghasilkan foto supaya lolos kurasi, berkeliling menenteng kamera di antara kerumunan manusia supaya mendapat angle yang tepat untuk mendapatkan foto berkualitas. Tangan kiri mengatur dengan tepat kombinasi zoom, fokus, dan diafragma, tangan kanan bersiap menekan tombol pelepas rana sementara mata terpaku pada view finder untuk memastikan akurasi. Semua terasa begitu mengasyikkan dan seru. Tapi yang jauh lebih mengasyikkan dan seru dari hal-hal itu adalah kebersamaan kita. Man behind the gun, bukan kamera yang penting, melainkan seseorang yang sedang mengendalikannya. Begitu pula kita, kamera hanyalah sebuah alat yang menjadi sarana supaya kita bisa merasakan indahnya bersatu dalam perbedaan, yang bisa menjadikan kita kuat hanyalah sesuatu yang tumbuh dari hati...seperti yang kita rasakan sekarang ini. Bukan sebutan UFO XVI yang membuat kita bangga, melainkan persatuan dan rasa saling memiliki satu sama lain di dalamnya.

Tak ada lagi aku

Tak ada lagi kamu

Tak ada lagi kami

Tak lagi ada kalian

Yang ada hanyalah kita

KITA SEBAGAI KELUARGA…

UFO 16 BERSATULAH UNTUK SELAMANYA, YAHOOOOUUUU!!!!!!

*tulisan ini didedikasikan untuk angkatan 16 Unit Fotografi UGM

ENAM BULAN PENUH KENANGAN BERSAMA KALIAN

Notes ini didedikasikan untuk kalian yang telah banyak membantu dan lebih sering kurepotkan...untuk kalian yang dengan hebat tetap bersabar...

Maaf, aku harus meninggalkan pekerjaan yang sebenarnya amat menarik dengan berbagai tantangan yang ada. Desember memang sudah menjadi target akhir dari targetku bekerja seperti yang sudah kuungkapkan ke beberapa orang tertentu. Maaf kalau hasil pekerjaanku masih belum maksimal karena alokasi waktu dalam 24 jam yang semakin berhimpitan tak terkendali. Maafkan juga kalau ada sikap yang tidak mengenakkan selama bekerja dengan kalian teman. Sama sekali tak ada maksud untuk membuat kesalahan, aku selalu ingin membuat orang lain merasa senang. Hanya saja, aku seorang manusia yang penuh kelemahan dan kealphaan, tak ada sesuatu yang berjalan sempurna, dan aku salah satu yang paling tidak sempurna. Semakin hari aku selalu mencoba memperbaiki diri dan meminta maaf kepada tiap orang. Karena aku tahu akan selalu berbuat kesalahan, Sebesar dan sekecil apapun itu.

Meninggalkan pekerjaan bukan berarti memutus tali sillaturahmi, kita tetap teman dan selamanya memori tentang kalian akan selalu kukenang.Semua kisah yang terangkai selama enam bulan terakhir ini adalah kisah dari masing-masing hidup kita. Kisah yang terdiri atas cerita kecil dalam keseharian mengenai sekumpulan anak muda yang berusaha mandiri dalam hidupnya. Anak muda yang mencoba lepas dari ketergantungan orang tua, dan ingin merdeka dengan kemampuan sendiri. Kalian hebat teman, di antara sekian banyak anak usia muda yang lebih sering bermalas-malasan dan hanya bersenang-senang, kita berusaha keras membagi waktu untuk bekerja.

Sejarah, ya pertemanan kita adalah sejarah dari masing masing pribadi. Diri kita sepuluh tahun mendatang sebuah hasil dari apapun yang kita lakukan sejak sekarang. Pernah aku membayangkan bagaimana muka Ismo, Mas Agus, Nora, Fandy dan Adisty sepuluh tahun lagi. Pernahkah kalian membayangkan?. Mungkin akan muncul jambang dan kumis di wajah Ismo, Fandy dan Mas Agus, mungkin Nora dan Adis telah menjadi seorang ibu. Sudah pasti kita akan kondisi berbeda dari yang ada sekarang. Tak lagi muda, dengan pasti bertambah tua.

Dan sepuluh tahun mendatang, aku akan tetap mengingat enam bulan bersama kalian. Di mana kita berkeringat dengan berbagai tawa dan konflik yang ada.

Aku berharap, kalian mendapakan yang terbaik dalam hidup. Jangan menyerah dan pantang berhenti menghadapi semua tantangan.

Terima kasih teman, untuk jalinan kisah enam bulan yang kita rasakan... :)

Senin, 13 Desember 2010

MATAHARI TELAH TENGGELAM

Matahari adalah salah satu sumber energi yang terpenting bagi bumi, dirinya muncul dua belas jam sehari, mulai jam enam pagi hingga jam enam sore. Ia selalu bangun tepat waktu, dan bekerja tanpa lelah setiap hari. Matahari yang membuat siang menjadi terang, membuat berbagai macam aktivitas berjalan lancar. Bisa kita bayangkan bila sinar matahari tidak sampai ke negara berkembang yang kita cintai ini, pasti PLN sudah bangkrut sebelum didirikan.

Sejenak membayangkan dunia tanpa matahari, bayangan yang terlintas adalah  ketakutan, suram, kegelapan, dan berserakannya hal negatif lain dalam kehidupan. Mungkin yang paling berbahagia bila matahari tidak ada adalah hantu-hantu yang hidup dalam mitologi, mereka akan semakin merajalela dan membuat takut tanpa alasan pasti. Yang lebih menakutkan, berbagai makhluk hidup terancam punah karena ketiadaan matahari. Tumbuhan, Hewan, dan manusia akan  terjebak dalam ketakutan yang masif bila hal ini benar-benar terjadi.

Ya,matahari begitu penting, dan begitu biasa kita nikmati...sampai kita lupa betapa penting keberadaan dirinya...betapa setia ia bekerja...betapa ia tak pernah mengeluh menjalankan tugasnya...kita lupa, aku lupa....

aku lupa...sangat lupa, kalau matahari hanya ada satu...ia tak bisa dikreasi ulang atau memiliki tiruan...

lupa aku lupa...

dan kini matahariku telah tenggelam...
hari-hari suram telah menghadang di depan untuk menerjang...
gelap gelap dan gelap...

andai saja PLN memiliki formula untuk menerangi setiap diri manusia, tentu saja ia akan digdaya seperti perusahaan rokok atau minyak Indonesia...

sayangnya impian tolol itu tak mungkin terwujud, aku tidak hidup dalam sebuah film sci-fi kelas B...


kini matahariku telah tenggelam, aku hanya bisa berharap esok pagi ia kembali datang demi terang...

Melodi kehidupan yang penuh romansa di tempat tak terduga

Romansa,sebuah kata yang membimbing kita membayangkan kisah kasih sepasang manusia yang sedang dilanda cinta.Pengertian yang amat sempit ini disukai oleh banyak orang,terutama oleh manusia yang sedang terkena gejala umum jatuh cinta.Sungguh aneh melihat orang dengan persepsi sempit semacam ini bernafas di mana-mana.

Sore ini, di dalam bus ekonomi yang penuh dan berdesak-desakan,dengan berbagai karakter tersembunyi di balik sikap duduk diam mereka yang tenang.Bau keringat agak aneh menyeruak dari sekumpulan manusia yang kepanasan,terdengar obrolan dari beberapa orang yang saling mengenal,deru mesin bus yang melaju kencang tak kenal peraturan. Dari semua itu aku melihat sebuah keindahan dari  romansa keseharian bernama perjalanan. Serombongan besar manusia yang tak saling mengenal ini bergerak menuju bus yang sekarang tengah ditumpangi.Memberi contoh konkret dari pelajaran sejarah yang pernah kuterima dulu,persatuan dikarenakan persamaan tujuan. 


Ketika mulai duduk di bus dan mendapat tawaran dari para pedagang,membuatku mengerti arti bekerja keras...apapun dilakukan untuk mencari makan,walau harus mengais di jalanan. Sesaat kemudian para penumpang mendapat suguhan musik dari pengamen,ketika mereka meminta uang dan ada yang tidak memberi,membuataku mengerti arti keikhlasan. Ketika ada orang yang memberi uang pengamen dgn senyuman,aku sadar,sebanyak apapun kejahatan di dunia,akan selalu ada kebaikan. Ketika bus melaju dengan kencang,aku mengerti mengenai ketergesaan manusia untuk meraih yang diinginkan,tanpa melihat secara rasional bahaya yang mengancam.
benar-benar sebuah romansa sejati yang ada di bus tua yg msh perkasa.,.semua hal yang berlalu di sekeliling kita...tanpa disadari memiliki makna tersembunyi di baliknya.

Oh,1 hal lagi..ktika k0ndektur datang,aku sadar malas mengeluarkan uang (he,he pelit bgd)

UNTUK TEMAN MASA MUDA YANG KINI SEDANG MENGAWALI MASA TRANSISI MENUJU MASA DEWASA

Tak terasa teman...

satu tahun telah berlalu...

masih teringat ketegangan menghadapi UAS tahun lalu...

Kini kita telah terpisah satu sama lain dalam berbagai interval jarak geografis yang menjadi hambatan untuk bertemu, satu sama lain menghadapi sesuatu yang berbeda dalam berbagai kelompok berbeda. Setelah berada di zona aman IPS 1 kita menyebar ke berbagai tempat, menjelajahi berbagai petualangan dalam sebuah epik kehidupan. 

Menempuh berbagai ujian yang terasa berat dan melelahkan untuk merajut sejarah hidup kita masing-masing. Betapapun beratnya hal ini tak membuat kita menyerah, melainkan selalu mencoba untuk terus melangkah.

Tak jarang dalam menempuh perjalanan yang baru ini kita teringat dengan masa lalu. Terpikir mengenai kabar dan keadaan teman SMA, "Bagaimana ya dia sekarang?", "Ah, kangen masa SMA...", "Enakan SMA ya kayaknya..." 

Namun seberapa jauh jarak di antara kita, identitas diri sebagai siswa-siswi bengal kelas XII IPS 1 akan selalu kita sandang. Tak akan pernah luntur, tak akan pernah hilang. Masih jelas teringat tawa canda kita di dalam kelas (yang kadang keterlaluan hingga menyebabkan pertengkaran). Atau betapa marahnya guru-guru ketika kita tidak mengerjakan PR (Ah PR, betapa lama kita tak menyebutkan kata itu).

Dan berbagai karakter teman kita yang unik...

Bonil dengan tubuh hitamgendutnya yang selalu tertawa keras, Mundy dengan segala keluguan dan kehandalan dalam berhitung, Dony selalu mengeluarkan kalimat dengan ketus, Wisnu dengan semua kontroversinya, Chike dengan beberapa penggemarnya, Bagus dengan koleksi film porno lengkapnya dan tiga anak buah yang selalu setia mengikuti. Imam dengan segala kecongkakan dan kata-kata angkuhnya. Wulan yang galak dalam menagih berbagai iuran dan tagihan. Hisyam dengan semangat yang tersembunyi. Bokir yang polos dan selalu antusias. Zulfikar dengan satu ciri khas yang tak akan hilang. Devy yang paling pendiam, namun paling cerdas di antara kita. Ali dengan keanehan, tulisannya yang jelek (mukanya juga jelek), dan kebodohan mutlaknya dalam berhitung. Dan berbagai macam karakter lain yang unik dan menggemaskan (maaf yang belum disebutkan).

Masih teringat jelas dalam memoriku, para lelaki pulang memakai seragam olahraga berwarna merah karena kita kena hukuman melihat pertandingan sepak bola tanpa izin. Betapa hebohnya seluruh kelas ketika beberapa teman kita masuk dalam sebuah acara di televisi yang terkenal. Tegangnya menghadapi sistem detik oleh pak Bekti (dan Mundy yang berkali-kali maju sebagai sukarelawan karena dia yang pintar). Antusiasnya pelajaran pak Dandang yang selalu mengundang tawa. Dan betapa terburu-buru kita memasuki kelas ketika pelajaran agama diampu oleh Pak Ali. 

Atau...

Ketika jarak antara kita dan UAS tinggal beberapa hari. Ketika tetes air mata menjadi bagian dari kelas kita yang penuh canda tawa.Di mana rasa persahabatan dan saling memiliki mengental, di mana rasa akan kehilangan muncul. Di mana kita merasa sebagai sebuah keluarga besar yang saling mengenal satu sama lain dengan baik.

Semua itu berpuncak pada pengumuman kelulusan, dengan sebuah kebanggan lulus 100%...

tak akan terlupa betapa berat kerja keras kita untuk hasil itu...

tak akan terlupa semua tentang kita...

Aku kangen kalian teman, aku yakin kalian juga merasakan...