Total Tayangan Halaman

Jumat, 12 September 2014

KOHERENSI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF



Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah pilar yang menjanjikan untuk diolah dan menjadi masa depan sumber pertumbuhan perekonomian negara. Masa depan yang akan datang, adalah sebuah masa di mana Sumber Daya Alam yang tak dapat diperbaharui tidak menjadi komoditas menarik dan kompetisi antar negara berbasis pada kreatifitas pengolahan non-SDA. Haruslah ada sebuah persiapan untuk menyambut habisnya Sumber Daya Alam yang tidak bisa diperbaharui itu. Di antaranya dengan cara penguatan sektor-sektor berbasis non-pengolahan SDA yang diperkirakan memiliki potensi untuk menjadi pengganti. Di antara sekian sektor yang ada di Indonesia, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi salah satu sektor dengan potensi pengganti yang menjanjikan. Topik mengenai Ekonomi Kreatif sendiri meroket semenjak menjadi salah satu bahasan dalam debat capres-cawapres pemilu 2014.
Sektor Pariwisata Indonesia memiliki banyak potensi yang telah terbukti sebagai salah satu kontributor signifikan nilai tambah Produk Domestik Bruto. Di sisi lain, perkembangan sektor Ekonomi Kreatif juga telah memiliki kontribusi yang cukup signifikan bagi nilai tambah PDB Indonesia di masa depan. Pertumbuhan sektor pariwisata dan Ekonomi Kreatif berjalan berdampingan dengan positif selama beberapa tahun terakhir. Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2013 yang diolah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan, dampak kepariwisataan terhadap PDB nasional adalah sebesar 3,88% selama 2013 dengan nilai sebesar 347,57 Triliun. Sementara itu dampak Ekonomi Kreatif  terhadap PDB sebesar 5,76% dengan nilai sebesar 641,8 Triliun. 
Sinergi antar regulator kebijakan, pengusaha, dan masyarakat adalah kunci bagi pengembangan dua aspek yang tersebut. Berkaca dari data BPS mengenai pertumbuhan sektor Pariwisata-Ekonomi Kreatif selama 2010-2013, kontribusi terhadap PDB dari sektor Ekonomi Kreatif rata-rata sebesar 7,8%, dan sektor Pariwisata rata-rata sebesar 4%. Pertumbuhan ini adalah indikasi baik bagi Ekonomi Kreatif sebagai pertanda untuk menjadi penyeimbang kontributor PDB dari sektor industri, pertanian, dan sektor andalan lain di masa depan.
Pertumbuhan industri pariwisata menitikberatkan hasil kinerja pada pertumbuhan jumlah wisatawan, baik lokal maupun mancanegara di dalam negeri. Sementara itu, industri kreatif bertumpu pada penyerapan produk di dalam negeri dan ekspor. Dalam sektor Ekonomi Kreatif yang masih baru, pertumbuhan pasar, produksi, dan penyegaran perspektif alur distribusi adalah aspek penting yang perlu dikembangkan. Demi pertumbuhan sub-sektor yang lebih agresif, diperlukan kebijakan vital yang tepat sasaran dan bersifat viral. Beberapa Sub-Sektor Ekonomi Kreatif telah berkontribusi secara tinggi dalam Nilai Tambah Domestik Bruto. Sementara sebagian sektor sub-sektor membutuhkan kebijakan segar untuk lebih mendorong pertumbuhannya agar lebih agresif.
Koherensi Pariwisata-Ekraf
Koherensi antara Pariwisata dan Ekonomi Kreatif cukup krusial. Dua fokus dalam satu atap pemangku kebijakan yang koheren akan menghasilkan sebuah manajemen kebijakan pengembangan yang lebih terkoordinir dan tepat sasaran. Salah satu indikator koherensi dua sektor ini adalah korelasi data ekspor produk Ekonomi Kreatif dan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara. Data tahun 2012 menunjukkan 5 dari 10 negara yang menjadi tujuan ekspor produk Ekonomi Kreatif adalah 5 dari 10 negara yang menjadi kontributor wisatawan mancanegara ke dalam negeri (Renstra Kemenparekraf 2012-2014). 5 negara kontributor wisman yang masuk dalam klasifikasi Gross National Income terbesar termasuk dalam 5 negara yang menjadi 10 besar target ekspor Industri Kreatif. Seiring dengan laju pertumbuhan secara kuantitas maupun kualitas berbagai produk Industri Kreatif Indonesia, statistik ini diharapkan tumbuh di masa depan.
Timbal balik yang ada tersebut bisa terjadi karena ekspor produk kreatif adalah juga sebuah bentuk pemasaran, yang berimplikasi pada lebih dikenalnya Indonesia di mancanegara. Hal ini akan muncul karena sisi Ekonomi Kreatif akan menekankan pada produk yang otentik akan keIndonesiaan, berbeda dari ekspor produk Industri biasa yang mungkin tidak mencerminkan otentisitas kebangsaan. Di sisi lain, datangnya wisatawan mancanegara ke dalam negeri untuk menikmati kekayaan pariwisata, secara otomatis pasti juga akan menimbulkan pertumbuhan di sektor Ekonomi Kreatif. Hal ini disebabkan proses rekreasi akan menyerap hasil kreasi masyarakat di sekitar lokasi destinasi. Relasi antara Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki sifat simbiosis mutualisme, saling menguntungkan dan berkorelasi.
Visi Inpres No. 6 tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, visi dan misi Ekonomi Kreatif hingga 2025 adalah untuk mengembangkan sektor-sektor Industri Kreatif agar mampu lebih menyejahterakan masyarakat.  Walaupun gaung dari sektor Ekraf dan Pariwisata terhadap PDB sekilas belum terasa terlalu tinggi, tapi kita perlu melihat sejarah. Sektor Industri pada implementasi awal program berkelanjutan Repelita di masa Orde Baru, yang pada awalnya hanya sedikit menyumbang terhadap PDB (6,6% pada tahun 1970), hingga pada akhirnya menjadi salah satu kontributor PDB dominan pada era awal Millenium (25% pada 2012).
Keunikan dari sektor Ekonomi Kreatif adalah, sebenarnya banyak sub-sektornya yang telah berjalan lama berjalan di tengah masyarakat, seperti sub-sektor kuliner, sub-sektor mode, Penerbitan, dan Percetakan, Teknologi Informasi, Musik, Film Video Fotografi, Periklanan, Desain, Arsitektur, kerajinan, seni rupa, Radio dan Televisi. Beberapa di antara sub-sektor telah mampu mengembangkan diri menjadi industri yang mapan, sementara sebagian pada waktu sebelumnya tidak dipandang memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Mulai berubahnya sudut pandang pemerintah terhadap sektor-sektor yang diklasifikasikan memiliki nilai Ekonomi Kreatif menjadi penting untuk pengembangan yang lebih agresif dari sektor-sektor tersebut. Hal ini dikarenakan Ekonomi Kreatif adalah sebuah perspektif baru dalam memandang aktivitas ekonomi tertentu, yang dalam penanganannya dalam sudut birokratis perlu diadakan oleh sebuah institusi kebijakan khusus untuk menjamin pertumbuhannya di masyarakat. Pada sisi inilah, perpaduan antara sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi penting, dilihat dari hubungan timbal baliknya.
Tantangan
Tantangan ke depan yang akan dihadapi oleh sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terbagi dalam dua tantangan, jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, 2015, Indonesia akan terlibat dalam Masyarakat Ekonomi Terbuka ASEAN. Hal ini akan menjadikan persaingan antara dua sektor tersebut dalam posisi vis a vis dengan kompetitor negara-negara ASEAN. Untuk meraih kemenangan pada kompetisi ini, pada sektor Ekonomi Kreatif, adalah krusial untuk segera mempermudah proses Hak Kekayaan Intelektual, sekaligus memperkuat sektor hulu dan hilir secara terpadu. Pada aspek lajur pembiayaan, kendala ada di pihak perbankan masih kesulitan untuk memiliki tingkat kepercayaan memberikan kemudahan modal pendirian usaha berbasis Industri Kreatif. Di sisi pariwisata, kompetisi pengelolaan industri pariwisata oleh negara regional Asia Tenggara menjadi lebih terbuka dan proses perebutan pangsa pasar menjadi lebih ketat. Secara jangka panjang, tantangan dengan indikator jelas untuk kedua sektor adalah lebih meningkatkan lagi ekspor produk industri kreatif ke berbagai negara untuk menggenjot pertumbuhan wisatawan mancanegara di dalam negeri.
Penempatan manajemen satu di bawah satu atap manajerial pemangku kebijakan membuat pemantauan dan penyelarasan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan pariwisata dan ekonomi kreatif akan mampu berkorelasi positif. Koordinasi antara segmen Pariwisata dan segmen Ekonomi Kreatif dimudahkan ketika dilaksanakan di bawah satu pemangku kebijakan yang terpadu. Poin positif yang dimiliki oleh Indonesia untuk menghadapi dua tantangan tersebut adalah pertumbuhan nilai yang dimiliki sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kecenderungan pertumbuhan kedua sektor yang menunjukkan kecenderungan positif perlu dipertahankan. Oleh karena itu, bentuk manajemen pemangku kebijakan dalam satu atap untuk sektor Pariwisata dan Ekraf adalah krusial demi menjamin kelangsungan pertumbuhannya.