Total Tayangan Halaman

Sabtu, 12 Desember 2015

Nurjanah : Cahaya Surga

Pertama kali aku melihatnya, parasmu yang anggun tampil di layar persegi panjang telepon selularku. Masih ingat, kamu memakai kaos putih, jeans biru, dan topi berwarna biru dengan merk strip tiga dengan latar belakang peta sebuah lokasi wisata di Nusa Tenggara Barat.

Dirinya sekilas terlihat cantik dan menarik.

Ia tampak unik dan menarik di awal perkenalan itu, mungkin dirinya merasakan hal yang sama. Aku ndak menganggap diriku lebih unggul dari cowok cowok lain, but i've found yourself as a interesting person, and meaby, you feel the same way about me.

Obrolan kita baru dimulai sekian minggu kemudian, dirinya unik dan lucu dengan tanggapan-tanggapan yang kaku dengan penyebutan "saya" dengan segala afirmasi yang menyertainya. Ia menganggapku sok misterius karena diriku yang menyembunyikan tempat bekerja dan informasi lain sementara kamu sangat terbuka dan energik menceritakan dirimu. Hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk melakukan komunikasi video denganmu. Di sebuah kos di salah satu sudut pusat kota Bandung kamu sedang sibuk mondar-mandir di kos-kosanmu sambil mencuci baju. Rajin dan mandiri juga gadis ini, begitu pikirku dalam hati. Di sebuah kubikel kerja di salah satu bangunan di Ibukota, aku sengaja memakai topi hutan berwarna merah menyala yang menutupi wajah, menanti reaksimu di ujung sana.  Pembicaraan kita terus berlanjut, komunikasi berlangsung semakin intensif karena kebetulan workload pekerjaan di kantor sedang agak mengendur pada masa-masa itu. Dalam skala harian, aku memperhatikan aktivitasnya, mulai dari berangkat kantor, makan, dan hingga terlelap.

Cukup terhenyak diriku saat semakin jauh mengenalinya, dirinya ternyata tak hanya cantik, memiliki selera fashion bagus dan anggun, namun juga baik, mandiri, energetik, atentif, dan jujur. Sebuah perpaduan nilai yang sangat jarang didapatkan dari kebanyakan gadis lain. Ia adalah anti-mainstream dalam artian memiliki standar lebih tinggi dari gadis lain kebanyakan.

Aneh, dirinya tak menganggap tak terlihat keberatan dengan karakterku yang mungkin dideskripsikan oleh banyak orang sebagai eksentrik dan memiliki perbedaan cukup besar dengan pria pada umumnya. Aku yang cenderung meletup-letup jadi agak pendiam dan eksklusif, pada komunikasi dengan dirinya cenderung menjadi lebih kalem, fokus dan dalam standar tertentu yang aku tetapkan sendiri, menjadi lebih pendiam. Cahaya Surga itu hadir dalam sebuah episode dalam hidup yang aku sebut nadir dan kelam setelah kehilangan seseorang yang memang sudah saatnya hilang.

Semakin jauh mengenalnya, timbullah perasaan sayang.
Semakin jauh mengetahui, timbullah rasa tidak ingin kehilangan.

Sempat aku membayangkan bila menjalin hubungan dengannya, relasi kita akan seperti Carl dan Ellie dalam film UP. Carl, laki-laki setia pendiam yang berjualan balon, menjalin relasi cinta penuh kehangatan dengan Ellie, pemandu Taman Bermain yang energik dan selalu antusias. Relasi di antara keduanya memiliki sifat di antara dua kutub magnet yang berlawanan namun saling tarik menarik.

Timbullah niat dalam hati untuk menyatakan perasaan, namun aku tak ingin mengungkapkannya melalui telepon selular, sebuah pernyataan yang sama sekali tidak memenuhi kriteria standar gentleman apabila hal tersebut dilakukan. Akhirnya kita berjanji untuk melakukan pertemuan, dan untungnya dirinya mau, pertemuan pertama kita dilakukan sekaligus melakukan perjalanan beramai-ramai dengan sahabat-sahabat baikku untuk mengarungi sungai Lembah Hijau di Jawa Barat.

Kunaiki kereta Argo Parahyangan Jakarta-Bandung dengan perasaan cukup was-was, apakah ia mau menerimaku?dan bagaimana dirinya yang sebenarnya?

Perasaan tersebut terus menghantui saat diriku melangkahkan kaki turun dari kereta dan berjalan penuh rasa ingin tahu menuju pintu keluar. Sesaat melihat sekeliling, kulihat seorang gadis menunduk melihat telepon selularnya di salah satu pintu tunggu penumpang. Ia mengenakan celana panjang biru, cardigan dipadu dengan kaos belang-belang hitam putih. Sungguh benar, ia sangat cantik, jauh melebihi tampilan saat kita melakukan komunikasi video di telepon selular. Ia tampak sangat fokus dengan telepon selularnya. Aku berjalan pelan dan duduk di sampingnya tanpa ia sadari, "Cilukba" begitu kataku. Dirinya menoleh, aku tersenyum, dia tertawa kecil. Giginya putih rata, kulitnya putih bersih, rambutnya hitam panjang seperti artis bintang iklan shampoo, sepasang bola mata cokelatnya berbinar, pipinya terdapat beberapa bintik kecil bekas jerawat, di dahinya terdapat bekas luka yang didapatnya saat kecil, bekas luka yang seringkali ia pegang saat kita berkomunikasi. Ia membawa tas dengan merk strip tiga warna biru dan sebuah tas kecil berisi barang untuk petualangan kita. Akhirnya kita menuju sebuah lokasi untuk mengobrol sambil menunggu sahabat-sahabatku mengendarai mobil berangkat dari Batavia.

Saat pertemuan pertama aku dan dirinya mengobrol secara panjang lebar itulah aku sadar, gadis ini memiliki kecantikan yang jauh lebih tinggi daripada tampilan fisiknya. Satu hal yang menjadi perhatian utama adalah, walaupun ia cenderung jujur mengemukakan pendapat, ia lebih banyak berbicara melalui tatapan matanya, sebuah hal yang membuatku merasa terganggu namun juga tertarik dengan karakternya yang unik tersebut. Seringkali ia menanggapi pernyataanku dengan tatapan dalam penuh selidik, membuatku mengingat mengevaluasi dan mengelaborasi kalimat-kalimat yang baru saja aku utarakan.

I Fall in Love with Her, and start having a feeling that i don't want to loose him

Dalam obrolan tersebut, ia mengungkapkan banyak hal, keinginan, semangat, kekhawatiran, dan ketakutannya. Aku lebih mendengarkan dalam diam, dan memperhatikan gerak bibir tipisnya yang manis menceritakan banyak hal. Semakin diperhatikan, ia memiliki aura positif yang cukup kuat, namun ia memiliki ketakutan-ketakutan yang selalu menghantui.

We'll make this world our won
Just come along, I Promise You
You'll Never be Walking Alone 
(Swedish House Mafia-Walking Alone)

Entah kenapa lirik lagu Swedish House Mafia tersebut terngiang dalam otakku. Akhirnya kusampaikan perasaan sayangku padanya. Ia menatapku dalam-dalam, lalu bertanya, "Apa bedanya suka, cinta, sama sayang?". Aku membiarkan suasana hening sambil berpikir jauh. Cahaya Surga menatapku dalam-dalam dan menyunggingkan senyum kecil yang manis saat mendengarkan jawabanku.


I Love You Delia Nurjanah, dengan segala kekurangan dan kelebihanku.



















































 

































Kamis, 26 Maret 2015

Angel Without Wings


Sedikit tidak sabar, di tengah sebuah rapat, ponsel berdering di samping komputer jinjing yang dipinjamkan oleh negara. Kucoba membaca pesan singkat yang baru saja masuk ke ponsel.
"Gimana kabarmu le?"
Sebuah pesan dari ibunda masuk, sederhana, menanyakan kabar. Materi rapat sedang krusial membahas agenda program, kutunda membalas pesan. Lanjut fokus terhadap dialog rapat, beberapa pesan masuk ke ponsel, kucek lagi, menanyakan pekerjaan, segera kubalas dengan padat dan cepat.
Waktu berlalu, rapat selesai dan otak masih terasa panas memikirkan alternatif solusi atas berbagai permasalahan yang baru saja dibahas. Sedikit stress release, segera aku turun ke lantai dasar, untuk sekedar bencengkerama bersama teman, lupa sudah membalas pesan ibu.
Akhirnya sore hari datang, di tengah pengerjaan materi, ponsel kembali bergetar, kubaca singkat
"Gimana kabarmu li?kok gak dibales"
Tertegun, segera kutelepon ibunda.
Ibunda menanyakan kabar, mendoakan dan memberikan harapan, seperti biasa. Setelah kututup telepon, diam kutatap jendela kantor, gedung bertingkat tinggi menghampar. Perlahan, memori tahun 1960 memenuhi kepala.
Jakarta 1960, 55 tahun yang lalu tentu sangat berbeda dari sekarang, pemerintahan Soekarno berjaya walau mulai diterjang angin kencang. Di tahun ini, parlemen hasil Pemilihan Umum 1955 dibubarkan, sebagai kelanjutan Dekrit Presiden 1959, Sistem Presidensial menguatkan legitimasi. Dalam situasi ibukota yang penuh gonjang-ganjing, lembar pertama atas sebuah kisah muncul di kota Magelang. Kota ini menjadi pusat perhatian sejarah dalam konvoi Jenderal Soedirman ketika bermanuver menghadapi Agresi Militer II Belanda ke Yogyakarta. Di kota itu, pasangan suami istri Kapten Angkatan Darat dan guru sekolah dasar mengalami fase bahagia, mereka dikaruniai seorang bayi putri yang jelita. Pada tanggal 26 Maret 1960, lahirlah sosok matahari di siang hari, dan bintang di malam hari yang tidak pernah berhenti menyinari hari hari seorang bocah bandel yang keras kepala sejak 18 Mei 1990 dan dua kakaknya, dialah Ibunda-ku.
55 tahun yang lalu, ibunda tentu masih menjadi makhluk kecil yang polos, suka menangis, dan perlu diperhatikan setiap saat, manja sekali memang, tapi tak apalah, memang fasenya begitu. Bayangan mengenai ibunda saat masih batita sedikit membuatku tertawa di tengah lamunan, bayi kecil yang tertawa dengan mata bulat penasaran melihat sekeliling dan bergerak kecil menggerakkan kedua kaki dan tangannya. Teringat pula foto saat diriku masih kecil, saat pigmen kulit masih berwarna putih bersih cerah (karena kini hitam gelap kusam). Seringkali ibunda berujar
"Kamu dulu itu anak paling lucu lho Li, kulitnya putih, gemesin pokoknya, tapi kok sekarang item elek rambute awut-awutan ngono to le" ujarnya sambil mengusap rambut suatu hari. Usapannya ke kepalaku lembut, penuh kasih sayang.

Kata mereka diriku, selalu dimanja
Kata mereka, diriku selalu ditimang
(Bunda, Melly Goeslaw)

Mengingat Ibunda, tak pernah lepas dari bayangan betapa besar kasih yang telah ia berikan sejak kecil. sejak dulu ia paling sering memarahi putranya yang selalu bandel, sulit belajar, suka kelayapan, melakukan tindakan irasional bersama teman-teman kecil mbelingnya hampir melakukan tindakan pelanggaran hukum di usia sangat muda, dan tidak cerdas pula di hampir semua mata pelajaran. Saat seragam pendidikan dulu masih warna-warni dan putih merah, kegilaan eksplorasi bocah Taurus terus menerus terjadi dengan garis kurva selalu meningkat setiap hari. Entah seberapa panjang urat nadi kesabaran ibunda menghadapi kenakalan-kenalakan tuyul yang seakan tidak pernah mau berhenti bergerak melakukan hal-hal aneh dan bandel seakan tiada ujungnya. Hampir setiap hari dimarahi, tidak juga berubah kelakuan tuyul kecil keras kepala itu, tidak lelah pula ibunda terus menerus memarahi supaya putranya tidak tersesat ke jalan setan. Apa dikata, bocah kecil itu selalu membantah dengan argumen tidak masuk akal, negosiasi semacam ini hampir selalu berakhir dengan jeweran. Masih teringat dulu rasanya nasehat-nasehat itu luntur beberapa detik setelahnya. Hubungan kedua makhluk ini seperti Palestina yang sabar terus menerus berusaha - dan Israel yang selalu membandel, kucing-kucingan dan hampir selalu tegang walau penuh unsur lucu dan tawa. Untung saja ada wasit, Abah, yang selalu menjadi penengah dan penyelamat situasi.

                             She used to be my only enemy and never let me free, 
                               Catching me in places that I know I shouldn't be, 
                         Every other day I crossed the line, I didn't mean to be so bad, 
                            I never thought you would become the friend I never had, 
                          Back then I didn't know why, why you were misunderstood, 
                        So now I see through your eyes, all that you did was love, 
                                                             (Momma, Gadis Rempah-Rempah)

Tentu saja Ibunda memiliki banyak aspek lembut dan penuh kasih, seganas-ganasnya harimau, ia tidak akan menerkam anaknya sendiri. Saat kecil, masih teringat, sebelum tidur ibunda menceritakan dongeng hingga aku jatuh terlelap, beliau akan membelai rambutku yang penuh rasa ingin tahu menanyakan aspek-aspek aneh dari dongeng yang ia ceritakan, sampai diriku sendiri lelah dan terlelap. Pagi hari, setelah bangun, selalu tersedia segelas teh hangat, beberapa potong roti, ataupun masakan racikannya yang dimasak dengan terburu-buru. Dengan sangat teliti, beliau mengecek tasku agar tidak ada buku pelajaran yang tertinggal dan kembali mengingatkan menghindari putranya yang sangat ceroboh ini kena amuk guru di sekolahan.

Dulu, rasanya selalu malas bangun pagi, beliau tidak pernah sekalipun berhenti mengingatkan untuk bangun pagi.
Dulu, rasanya selalu malas belajar, beliau tidak pernah mengendurkan semangat untuk selalu mengingatkan (dan memarahi) untuk membaca tiap lembar buku dari sekolah.
Dulu, rasanya selalu sulit membaca Al-Quran, beliau tak pernah satu haripun mundur dari tekad agar tuyul yang bandel ini terlindung dari godaan iblis.
Dulu, hampir selalu aku membantah...sampai akhirnya usia membimbingku ke digit angka usia lebih besar, lebih tua...untuk terlambat menyadari, betapa kasih sayang yang beliau berikan terlampau besar, dan terlampau kuingkari dengan rasio-rasio tidak masuk akal.

Ibunda adalah sosok wanita tangguh yang keras dan kritis terhadap sekelilingnya. Ia adalah kader Muhammadiyah yang percaya terhadap moderatnya nilai-nilai agama Islam sesuai mazhab Syafii a la Ahlu Sunnah sesuai visi misi Achmad Dahlan. Prioritas utamanya untuk mengabdi sebagai seorang guru Pendidikan Anak Usia Dini tidak terbantahkan lagi. Ibunda mengabdikan seluruh energi di alokasi waktu profesionalnya untuk mengembangkan potensi bocah-bocah kecil untuk menangkal akhlak buruk, empati rendah, dan jalan sesat karena kebodohan irasional. Pantas saja urat sabarnya tidak pernah putus walau sering marah, beliau sudah sangat terlatih menghadapi keunikan bocah-bocah yang baru berkembang kapasitas otaknya untuk menerima berbagai materi pembelajaran. Dalam jenjang hierarki, tak segan segan beliau mengkritisi siapapun yang menurut perspektifnya mengeluarkan kebijakan salah.

Pada suatu hari seorang ummat menemui Nabi Muhammad SAW dan terjadi dialog 
"Ya Rasul, pada siapa aku harus berbakti pertama kali?"
 "Ibumu"
"Lalu siapa lagi?"
"Ibumu"
"Lalu siapa lagi?"
"Ibumu"
"Lalu siapa lagi?"
"Ayahmu"
(H.R Bukhari Muslim)


"Li, kamu itu mbok manut kalau dikasih tahu sama mamah, berhenti ngerokok to le, demi kesehatanmu sendiri"

Ucapnya dengan bibir cemberut, menasehati kebiasaan tentang asap yang memenuhi paru-paru. Tertunduk diam, tak berani kubantah atau menjawab pernyataannya. Setiap nasihatnya, dari dulu, sejak kelakuanku masih seperti tuyul tanpa tuan yang liar hingga usiaku hampir seperempat abad sekarang, semuanya demi kebaikanku sendiri. Kupegang pundaknya pelan lalu kuusap rambutnya yang mulai banyak beruban menenangkan dirinya yang tampak gundah. Beliau masih berbadan kurus, kecil, dan gesit seperti dulu. Hanya saja, kini tampak keriput di wajahnya, kadangkala, ia mengeluhkan pinggangnya sakit. Beberapa kali beliau, drop karena kelelahan, agenda hariannya sebagai garda depan kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini mengharuskan ibunda memiliki agenda sangat padat dengan intensitas bepergian tinggi.

Saat melihat beliau sakit, memori terbayang saat Sekolah Dasar di mana putra bandelnya ini terkena Typhus karena terlalu sering pecicilan. Wajahnya pucat dan cemas, tatapannya penuh kekhawatiran, ia mengambil cuti mengajar, untuk menemaniku memastikan minum obat tepat waktu dan makan sesuai kadar yang ditetapkan. Saat diriku terkena Typhus di masa perguruan tinggi pun, beliau memberikan perhatian dalam taraf setara, sama sekali tidak berkurang, tatapan penuh kekhawatiran itu masih sama, pun perhatiannya tidak sedikitpun berkurang.

Di saat SMA, karena kenakalan, terjungkallah diriku dari kendaraan roda dua karena terlampau menikmati sensasi adrenaline sehingga mengabaikan aspek keselamatan. Lukaku memang tidak terlalu parah, tapi murka Ibunda luar biasa, ia tahu anaknya kebut-kebutan. Kini baru kupahami, murka beliau disebabkan karena rasa heran, ia selalu menjaga keselamatan makhluk yang sangat ia sayangi, sementara makhluk itu tidak menjaga keselamatannya sendiri.

Beliau semakin menua, mampukah aku perhatian terhadap Ibunda seperti beliau menjagaku saat kecil dulu?
Mampukah aku membuatnya tertawa, seperti beliau mencoba menghiburku saat dirundung masalah di masa kecil dulu?

Aku heran, Ibunda tidak lelah, setelah 9 bulan mengandung, melahirkan dengan penuh rasa sakit, diuji kesabarannya tiada henti dengan kenakalan kenakalan, argumen-argumen irasional, pemberontakan-pemberontakan...beliau tidak lelah, tidak lelah, dan tidak akan pernah merasa lelah...

Seberapa sering ucapanku mungkin menyakiti hatinya?
Seberapa sering tindakanku tidak berkenan dalam kalbunya?
Seberapa sering egoku menguji kesabarannya?

Malu, cukup satu kata yang merepresentasikan diriku terhadap Ibunda kini.

Malu aku, bila Ibundaku yang berusia setengah abad bekerja lebih keras
Malu aku, bila Ibundaku yang mulai memiliki keriput bangun lebih pagi
Malu aku, bila setelah segera kesabarannya selama ini, aku memberinya kekecewaan baru.
Malu aku, bila lupa menanyakan kabarnya, dan meluangkan waktu mengobrol, karena disibukkan pekerjaan atau nongkrong bersama teman.

”Banyak berdoa dan beribadah ya le, di akhirat bahkan mamah sama Abah gak bisa nolong kamu, cuma amal ibadahmu yang bisa” 

Itulah nasihat yang sering diucapkannya. Subhanallah, sebelum aku lahir, hingga nanti setelah aku meninggal, beliau masih memikirkan keadaanku. Ya, beliau, ibuku yang mulai menua, yang masih terus kurepotkan, dan masih merawatku seperti 20 tahun lalu ketika aku lahir (tentu saja minus asupan ASI, suapan, dan gendongan).  Sepanjang umurku, beliau sering membandingkanku dengan anak orang lain yang lebih rajin, pintar, dll, beberapa kali kuprotes beliau atas kritik ini. Namun Ibunda menjawab dengan diplomatis

“Kalau kamu mama bandingkan dengan anak lain yang lebih buruk, kamu bakal berpuas diri dan gak mau koreksi diri”

Setelah sekian lama, beliau tak pernah bosan mengingatkan
Setelah sekian lama, beliau tak pernah berhenti memperhatikan
Setelah sekian lama, aku masih sering mengecewakan
Sering aku bosan, namun ia tak pernah berhenti menasehati, untuk membuatku lebih baik lagi.

“Nanti kalau aku sudah sukses, mama pengen tak belikan apa?” tanyaku pada suatu sore
“Gak usah, mama cuma pengen ngeliat kamu rajin beribadah demi kamu sendiri, sekaligus hidup seneng sama istri dan anak-anakmu kelak…”

Sekali lagi, ia tak memikirkan dirinya sendiri. Hanya anaknya yang terpikir, hal ini membuatku termenung. Dalam renungan, aku mengutuk diriku sendiri. Seberapa sering aku memikirkan ibuku di perantauan ini? seberapa sering aku mendoakannya? seberapa sering aku memikirkan bagaimana perasaannya? seberapa sering aku menyiksanya dengan egoisme masa muda yang (sok) revolusioner dan penuh gelora?.

Setelah selama ini, beliau selalu mendoakan semua anak-anaknya, setiap hari, lima kali sehari. Tak hanya ibadah wajib, hampir selalu beliau melakukan ibadah Sunnah, dengan harapan doanya kepada anak-anaknya lebih mudah dikabulkan.

Seberapa besar usahanya, seberapa intensif dan teliti mencoba, tidak akan pernah, sedikitpun aku akan mampu menyamai besarnya karunia yang telah Ibunda berikan padaku, terima kasih untuk segala detail yang tak terlewatkan, dan usaha tiada hentimu untuk menunjukkan kasih sayang.

Seseorang memanggilku dari belakang mengingatkan mengenai pekerjaan yang harus diselesaikan, dari jendela kantor tampak kegelapan menyelimuti ibukota, tapi senyumku mengembang, karena Ibu terasa dekat, melalui doa-doanya.



Mother, you are my Angel Without Wings, Combination of Sun and Moon and Stars that sent by Allah to make today more brighter than yesterday and my tomorrow better than today.

Ribuan kilo, jarak yang engkau tempuh
Lewati rintang, untuk aku anakmu
Ibuku sayang, masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah, penuh nanah
Seperti udara, kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas
Ibu…Ibu…
(Iwan Fals-Ibu)



N.B :
-Tulisan ini didedikasikan untuk Ibunda, Nurti Wijayanti, cahaya yang tak akan pernah padam.
- Bagi para pembaca, hubungi atau peluklah ibumu dan sampaikan terima kasih kepada beliau bila menyukai artikel ini.  


Jumat, 12 September 2014

KOHERENSI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF



Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah pilar yang menjanjikan untuk diolah dan menjadi masa depan sumber pertumbuhan perekonomian negara. Masa depan yang akan datang, adalah sebuah masa di mana Sumber Daya Alam yang tak dapat diperbaharui tidak menjadi komoditas menarik dan kompetisi antar negara berbasis pada kreatifitas pengolahan non-SDA. Haruslah ada sebuah persiapan untuk menyambut habisnya Sumber Daya Alam yang tidak bisa diperbaharui itu. Di antaranya dengan cara penguatan sektor-sektor berbasis non-pengolahan SDA yang diperkirakan memiliki potensi untuk menjadi pengganti. Di antara sekian sektor yang ada di Indonesia, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi salah satu sektor dengan potensi pengganti yang menjanjikan. Topik mengenai Ekonomi Kreatif sendiri meroket semenjak menjadi salah satu bahasan dalam debat capres-cawapres pemilu 2014.
Sektor Pariwisata Indonesia memiliki banyak potensi yang telah terbukti sebagai salah satu kontributor signifikan nilai tambah Produk Domestik Bruto. Di sisi lain, perkembangan sektor Ekonomi Kreatif juga telah memiliki kontribusi yang cukup signifikan bagi nilai tambah PDB Indonesia di masa depan. Pertumbuhan sektor pariwisata dan Ekonomi Kreatif berjalan berdampingan dengan positif selama beberapa tahun terakhir. Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2013 yang diolah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menunjukkan, dampak kepariwisataan terhadap PDB nasional adalah sebesar 3,88% selama 2013 dengan nilai sebesar 347,57 Triliun. Sementara itu dampak Ekonomi Kreatif  terhadap PDB sebesar 5,76% dengan nilai sebesar 641,8 Triliun. 
Sinergi antar regulator kebijakan, pengusaha, dan masyarakat adalah kunci bagi pengembangan dua aspek yang tersebut. Berkaca dari data BPS mengenai pertumbuhan sektor Pariwisata-Ekonomi Kreatif selama 2010-2013, kontribusi terhadap PDB dari sektor Ekonomi Kreatif rata-rata sebesar 7,8%, dan sektor Pariwisata rata-rata sebesar 4%. Pertumbuhan ini adalah indikasi baik bagi Ekonomi Kreatif sebagai pertanda untuk menjadi penyeimbang kontributor PDB dari sektor industri, pertanian, dan sektor andalan lain di masa depan.
Pertumbuhan industri pariwisata menitikberatkan hasil kinerja pada pertumbuhan jumlah wisatawan, baik lokal maupun mancanegara di dalam negeri. Sementara itu, industri kreatif bertumpu pada penyerapan produk di dalam negeri dan ekspor. Dalam sektor Ekonomi Kreatif yang masih baru, pertumbuhan pasar, produksi, dan penyegaran perspektif alur distribusi adalah aspek penting yang perlu dikembangkan. Demi pertumbuhan sub-sektor yang lebih agresif, diperlukan kebijakan vital yang tepat sasaran dan bersifat viral. Beberapa Sub-Sektor Ekonomi Kreatif telah berkontribusi secara tinggi dalam Nilai Tambah Domestik Bruto. Sementara sebagian sektor sub-sektor membutuhkan kebijakan segar untuk lebih mendorong pertumbuhannya agar lebih agresif.
Koherensi Pariwisata-Ekraf
Koherensi antara Pariwisata dan Ekonomi Kreatif cukup krusial. Dua fokus dalam satu atap pemangku kebijakan yang koheren akan menghasilkan sebuah manajemen kebijakan pengembangan yang lebih terkoordinir dan tepat sasaran. Salah satu indikator koherensi dua sektor ini adalah korelasi data ekspor produk Ekonomi Kreatif dan tingkat kunjungan wisatawan mancanegara. Data tahun 2012 menunjukkan 5 dari 10 negara yang menjadi tujuan ekspor produk Ekonomi Kreatif adalah 5 dari 10 negara yang menjadi kontributor wisatawan mancanegara ke dalam negeri (Renstra Kemenparekraf 2012-2014). 5 negara kontributor wisman yang masuk dalam klasifikasi Gross National Income terbesar termasuk dalam 5 negara yang menjadi 10 besar target ekspor Industri Kreatif. Seiring dengan laju pertumbuhan secara kuantitas maupun kualitas berbagai produk Industri Kreatif Indonesia, statistik ini diharapkan tumbuh di masa depan.
Timbal balik yang ada tersebut bisa terjadi karena ekspor produk kreatif adalah juga sebuah bentuk pemasaran, yang berimplikasi pada lebih dikenalnya Indonesia di mancanegara. Hal ini akan muncul karena sisi Ekonomi Kreatif akan menekankan pada produk yang otentik akan keIndonesiaan, berbeda dari ekspor produk Industri biasa yang mungkin tidak mencerminkan otentisitas kebangsaan. Di sisi lain, datangnya wisatawan mancanegara ke dalam negeri untuk menikmati kekayaan pariwisata, secara otomatis pasti juga akan menimbulkan pertumbuhan di sektor Ekonomi Kreatif. Hal ini disebabkan proses rekreasi akan menyerap hasil kreasi masyarakat di sekitar lokasi destinasi. Relasi antara Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memiliki sifat simbiosis mutualisme, saling menguntungkan dan berkorelasi.
Visi Inpres No. 6 tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, visi dan misi Ekonomi Kreatif hingga 2025 adalah untuk mengembangkan sektor-sektor Industri Kreatif agar mampu lebih menyejahterakan masyarakat.  Walaupun gaung dari sektor Ekraf dan Pariwisata terhadap PDB sekilas belum terasa terlalu tinggi, tapi kita perlu melihat sejarah. Sektor Industri pada implementasi awal program berkelanjutan Repelita di masa Orde Baru, yang pada awalnya hanya sedikit menyumbang terhadap PDB (6,6% pada tahun 1970), hingga pada akhirnya menjadi salah satu kontributor PDB dominan pada era awal Millenium (25% pada 2012).
Keunikan dari sektor Ekonomi Kreatif adalah, sebenarnya banyak sub-sektornya yang telah berjalan lama berjalan di tengah masyarakat, seperti sub-sektor kuliner, sub-sektor mode, Penerbitan, dan Percetakan, Teknologi Informasi, Musik, Film Video Fotografi, Periklanan, Desain, Arsitektur, kerajinan, seni rupa, Radio dan Televisi. Beberapa di antara sub-sektor telah mampu mengembangkan diri menjadi industri yang mapan, sementara sebagian pada waktu sebelumnya tidak dipandang memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Mulai berubahnya sudut pandang pemerintah terhadap sektor-sektor yang diklasifikasikan memiliki nilai Ekonomi Kreatif menjadi penting untuk pengembangan yang lebih agresif dari sektor-sektor tersebut. Hal ini dikarenakan Ekonomi Kreatif adalah sebuah perspektif baru dalam memandang aktivitas ekonomi tertentu, yang dalam penanganannya dalam sudut birokratis perlu diadakan oleh sebuah institusi kebijakan khusus untuk menjamin pertumbuhannya di masyarakat. Pada sisi inilah, perpaduan antara sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi penting, dilihat dari hubungan timbal baliknya.
Tantangan
Tantangan ke depan yang akan dihadapi oleh sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terbagi dalam dua tantangan, jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, 2015, Indonesia akan terlibat dalam Masyarakat Ekonomi Terbuka ASEAN. Hal ini akan menjadikan persaingan antara dua sektor tersebut dalam posisi vis a vis dengan kompetitor negara-negara ASEAN. Untuk meraih kemenangan pada kompetisi ini, pada sektor Ekonomi Kreatif, adalah krusial untuk segera mempermudah proses Hak Kekayaan Intelektual, sekaligus memperkuat sektor hulu dan hilir secara terpadu. Pada aspek lajur pembiayaan, kendala ada di pihak perbankan masih kesulitan untuk memiliki tingkat kepercayaan memberikan kemudahan modal pendirian usaha berbasis Industri Kreatif. Di sisi pariwisata, kompetisi pengelolaan industri pariwisata oleh negara regional Asia Tenggara menjadi lebih terbuka dan proses perebutan pangsa pasar menjadi lebih ketat. Secara jangka panjang, tantangan dengan indikator jelas untuk kedua sektor adalah lebih meningkatkan lagi ekspor produk industri kreatif ke berbagai negara untuk menggenjot pertumbuhan wisatawan mancanegara di dalam negeri.
Penempatan manajemen satu di bawah satu atap manajerial pemangku kebijakan membuat pemantauan dan penyelarasan kebijakan untuk mendorong pertumbuhan pariwisata dan ekonomi kreatif akan mampu berkorelasi positif. Koordinasi antara segmen Pariwisata dan segmen Ekonomi Kreatif dimudahkan ketika dilaksanakan di bawah satu pemangku kebijakan yang terpadu. Poin positif yang dimiliki oleh Indonesia untuk menghadapi dua tantangan tersebut adalah pertumbuhan nilai yang dimiliki sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kecenderungan pertumbuhan kedua sektor yang menunjukkan kecenderungan positif perlu dipertahankan. Oleh karena itu, bentuk manajemen pemangku kebijakan dalam satu atap untuk sektor Pariwisata dan Ekraf adalah krusial demi menjamin kelangsungan pertumbuhannya.

Jumat, 08 Agustus 2014

AN APOLOGY


Blunder, adalah sebuah hal yang seringkali terjadi dalam sejarah. Kesatuan prajurit Delta melakukan kesalahan dalam sebuah operasi penculikan militer di Mogadishu, Somalia pada 2002. Blunder kesalahan ini diakibatkan karena miskalkulasi yang menyebabkan terjebaknya puluhan prajurit khusus oleh berondongan proyektil 7,56mm AK-47 dan 12,26mm M2HB oleh para milisi. Di lokasi dan waktu yang lain, terjadi sebuah kesalahan fatal, seorang calon presiden mengundurkan diri dari proses pemilihan sebelum penghitungan suara. Agak kasihan dengan presiden bujang satu ini, sudah salah langkah, dapat hantaman balik pula dari boomerang yang ia lempar sendiri. Blunder, itulah yang ia alami.
Terjadinya blunder, adalah sesuatu yang tidak bisa diperkirakan, blunder bisa tiba-tiba datang dalam sebuah keadaan tenang. Blunder juga bisa terjadi dalam sebuah kondisi yang sudah diprediksi. Penyebab terjadinya blunder bisa diakibatkan oleh banyak hal baik minor maupun mayor, tapi satu hal yang menjadi kepastian penyebab blunder, salah membaca situasi.
Kali ini ada yang terjebak blunder yang sebelumnya sudah beberapa kali terjadi karena alasan yang sama, aku. Aku yang selalu penuh rasa ingin tahu, karena pertanyaan adalah sebuah hal yang menjadi fondasi dalam keseharian. Agak sulit menahan rasa ingin tahu yang begitu besar, ketika pertanyaan adalah pilar utama yang membimbing menuju pencapaian-pencapaian tertentu. Kali ini blunder terjadi dengan F, sosok yang menjadi perhatian utama pada tulisan sebelumnya.
Blunder kali ini mengingatkan akan hal-hal bodoh yang terjadi karena alasan yang sama, rasa ingin tahu yang terlalu sepele. Pernah suatu ketika di masa mahasiswa, perdebatan terjadi terkait soal tata bahasa dengan seorang rekan Kuliah Kerja Nyata. Debat berakhir dengan tidak adanya kesimpulan, 6 bulan kemudian, rasa puas baru didapatkan setelah mendapatkan kejelasan. Ketika zaman SMA, debat dengan sebuah pertaruhan juga pernah terjadi dengan seorang rekan mengenai spesifikasi kendaraan roda dua. Tanpa tahu malu, akhirnya kami ke pedagang sepeda motor hanya untuk menanyakan hal yang sangat sepele. Seringkali rasa ingin tahu atas jawaban sebuah pertanyaan membuat munculnya kegelisahan dalam taraf ringan sampai jawaban diketemukan. Pergulatan dengan rasa ingin tahu yang berkaitan dengan penjelasan secara ilmiah sendiri sudah menjadi kebiasaan sehari-hari sejak Sekolah Menengah Atas. Seringkali susah tidur dialami karena pertanyaan-pertanyaan tugas yang perlu dijawab secara memuaskan, karena untuk apa mengerjakan sesuatu hanya dalam proporsi ala kadarnya, tanpa ekspektasi standar yang lebih tinggi daripada rata-rata.
Rasa ingin tahu ini berdampak positif sebenarnya bila diterapkan secara proporsional. Hal ini membuat rasa awas terhadap detail yang cukup besar, dan membuat segala persiapan akan rencana rencana yang akan datang menjadi lebih matang. Seperti yang Sheldon Cooper ungkapkan, The Substance Lays on the Details. Evaluasi berulang untuk memastikan semuanya berjalan lancar berawal dari rasa ingin tahu yang diikuti dengan kinerja dengan indikator terukur dan jelas.
Hanya saja, dalam beberapa kesempatan, aku kesulitan untuk memisahkan rasa ingin tahu di ranah profesional dan ranah pribadi. Batas-batas menjadi kabur dengan adanya perhatian yang sama besar terhadap dua ranah yang menjadi bahan pergelutan sehari-hari. Implikasi dari kecerobohan ini adalah terlanggarnya area privat seseorang karena merasa adanya tindakan ingin mengetahui yang terlalu besar. Dalam aspek inilah blunder terjadi dengan F, dan menimbulkan rasa bersalah, namun juga menimbulkan pertanyaan baru, bagaimana cara memperbaiki kesalahan dan meminta maaf secara gamblang dengan penjelasan yang dirasa memuaskan?.
Lahirlah sebuah gagasan untuk menuliskan artikel penjelasan mengenai blunder yang terjadi. Tujuan utama dari adanya artikel ini adalah untuk membalaskan rasa tidak nyaman yang terjadi akibat blunder yang ada. Di sisi lain, ekspektasi untuk terkembangnya sebuah senyum ketika membaca artikel ini begitu besar sehingga mungkin (semoga iya, senyum ya J ) menghapuskan kekecewaan yang terjadi akibat blunder yang telah terjadi. Kalau memang tidak bisa, maka tidak apa apa. Setidaknya sebuah usaha dilakukan, dan tidak ada hari yang berarti tanpa sebuah usaha keras. Maka, maaf atas terlanggarnya area privatmu, F. 

Selasa, 17 Juni 2014

26


Masih soal Rama, sahabat baikku, ia sedang berusaha bangkit sekarang. Ia menuliskan sebuah surat yang membuatku ingin mempublikasikannya di blog pribadi ini.
"Tidak perlu memperkenalkan diri pasti sudah tahu siapa saya.Saya di sini cuma ingin menyampaikan beberapa hal saja terkait seorang perempuan paling sempurna, yang saya rasa penting untuk anda.
1. Ia setiap hari rata-rata tidur jam 10 malam dan bangun jam 4.30 pagi. Dirinya adalah seseorang yang sulit menahan kantuk,biarkan ia beristirahat ketika mengaku ngantuk.
2.Hari Minggu adalah hari di mana dirinya akan membersihkan rumah selama setengah hari.
3. Ia biasa tidur siang antara jam 2-3.30 sore
4. Ia adalah seorang Cancer yang setia,bila ia telah menyatakan komitmen untuk seseorang,ia akan mendedikasikan hatinya sepenuh hati untuk orang tersebut.Jadi jangan pernah khawatir ia berpaling dari anda.
5.Dia sangat menyukai es krim,terutama yang rasa cokelat.Jangan pernah membelikan cornetto blueberry,dia tidak suka.
6. Ia biasanya akan sakit flu tiap 2-3 bulan sekali,jangan segan-segan untuk memaksanya secara halus agar mau minum obat dan istirahat ketika sedang sakit.
7. Ia akan seringkali mengeluh merasa gendut,jangan pernah sekalipun mengiyakan/menyetujui keluhannya di topik ini.
8. Jangan pernah lupa untuk mengucapkan selamat tidur dan selamat pagi setiap hari,ia senang mendapat perhatian yang cukup.
9.Bila sudah sayang dengan seseorang,kadang ia akan merasa curiga bila orang kesayangannya pergi bersama rombongan yang ada perempuannya.Rutinlah berkirim pesan singkat untuk dirinya ketika sedang berkumpul bersama teman teman. Kekhawatirannya bersumber pada perasaan takut kehilangan,jangan marah terhadapnya.
10.Berilah kabar,dan tanyakan kabarnya secara rutin,2 jam sekali,dan jangan pernah membalas pesan singkatnya lebih dari tempo 4 jam,karena itu akan membuatnya khawatir.
11.Tepatilah janji yang dibuat untuknya,sekonyol apapun janji itu.
12. Ia adalah gadis rumahan yang punya hasrat terpendam untuk berpetualang,ia akan sangat bahagia diajak ke tempat menarik yang belum pernah dikunjunginya.
13.Bila sedang sakit,terutama flu ia akan bandel untuk mengkonsumsi pantangan seperti es dan makanan pedas,tegaslah dalam hal ini.
14.Dalam keadaan terpuruk, ia akan membutuhkan perhatian dalam kadar lebih dari biasanya.Kuatkanlah ia di kala lemah,maka ia akan bangkit, dan akan menguatkan anda di kala terpuruk.
15. Jangan merokok,ia benci rokok dan lelaki yang menghisap batang rokok.
16. Ia adalah gadis yang sangat menyukai kejutan,sering seringlah memberi kejutan,dalam interval waktu berjarak panjang.
17. Ia adalah pendengar yang baik,ia suka mendengar dan mencerna berbagai materi pembicaraan yang substantif dan padat.Jangan lupakan humor,ia suka mendengar cerita lucu,apalagi dari orang yang dikasihi.
18.Ia bukan tipe perempuan yang suka banyak bercerita kesehariannya,ia hanya akan bercerita bila ada sesuatu di luar regularitas rutinitasnya. Jangan memaksanya, ia adalah tipe pendengar yang baik ketimbang pencerita yang hebat.
19.Kadang-kadang ia akan menceritakan cerita lucu secara agak kaku,tertawalah sebagai bentuk penghormatan usahanya membuat orang terkasih tertawa.
20.Di kurun waktu tertentu yang sangat jarang terjadi,kadangkala mood-nya menjadi fluktuatif dan cenderung eruptif,bersabarlah,hanya soal waktu sebelum ia sadar dan kembali seperti semula.
21. Ia sangat sensitif mengenai kesetiaan,jangan pernah sekalipun terpikir untuk mengkhianati kepercayaannya.
22. Ia adalah perempuan terhormat yang taat pada agama,jangan pernah memaksanya melakukan sesuatu yang ia tidak sukai. Ia sangat bisa menjaga diri untuk menghindari hal hal yang dilarang agama.
23. Jangan pernah terlambat ketika sudah menentukan waktu untuk bertemu,batas toleransi adalah 240 detik.
24.Bila sudah berkomitmen terhadap seseorang,ia akan mendedikasikan sepenuh hatinya terhadap orang tersebut,mendoakannya setelah Shalat,dan memikirkannya setiap waktu,balaslah komitmennya dalam taraf yang setara,usahakan lebih.
25. Ia dulu sempat bilang menginginkan emas putih dengan motif lumba lumba sebagai cincin nikah. Penuhilah keinginannya, kebahagiannya bersumber dari segala upaya untuk menyenangkannya.
26.Anda telah mendapatkan kasih sayang tanpa perlu bersusah payah dari seorang perempuan terbaik di antara 240 juta penduduk Republik ini,sekaligus mendapat kepercayaan dari orang tuanya...
Jangan pernah kecewakan dirinya
Jangan pernah membuatnya sedih
Jangan pernah mengkhianatinya
Kembangkanlah senyum di bibirnya, buatlah ia tertawa, kuatkan ia ketika lemah, tabahkan ia ketika sedih, jadikanlah kebahagiaannya sebagai prioritas utama dalam keseharian anda.
Saya rasa cukup sekian,komitmen saya membangun hubungan dengannya dulu adalah untuk membuatnya bahagia,bila memang kebahagiaan ia yang sempurna adalah bersama anda,jangan pernah sekalipun mengecewakan ekspektasinya.
Tidak perlu dan jangan pernah membalas pesan ini,dan tak perlu menjalin komunikasi lebih jauh dengan saya.
Saya tidak merasa perlu mengenal dan berteman dengan anda baik di jejaring sosial,maupun dunia nyata."

Rabu, 28 Mei 2014

(2035) Days of Tyas



Tempo hari, aku bertemu dengan seorang sahabat dekat setelah lama tak bersua, sebut saja Rama. Ia terkenal cukup eksentrik dengan gaya sok ceplas ceplos bicara kesana kemari seakan tahu semuanya. Setelah berteman cukup lama, persahabatan di antara kami terjalin dengan erat, sehingga kami cukup memahami satu sama lain tanpa perlu menjadi gay.
Rama tampak sangat murung beberapa waktu terakhir, setelah ditelusuri, ternyata ia mengalami gejala penyakit anak muda dalam hal asmara, patah hati. Ia bercerita mengenai fluktuasi hubungannya dalam rentang waktu 2035 hari, 48.840 jam, 2.930.400 menit, dan 175.824.000 detik yang ia jalani bersama gadis pujaan. Waktu yang cukup untuk membeli sebuah kendaraan roda empat melalui cara kredit. Kalkulatif, keeksentrikannya memperhitungkan segala sesuatu walaupun kurang pintar di pelajaran Matematika membuat ia seringkali dicap pelit oleh beberapa temannya.
Rama telah menjalin hubungan cukup lama dengan seorang gadis jelita bernama Tyas. Seorang gadis yang ia cintai sejak warna seragamnya putih abu-abu. Tyas adalah seorang gadis yang cantik, pendiam namun atraktif, memiliki selera gaya berbeda dari kebanyakan gadis muda lain, taat beragama, patuh pada orang tua, dan memenuhi kriteria putri idaman sekaligus menantu bayangan banyak orang tua. Di masa putih abu-abu, sudah banyak teman seangkatan Rama dari berbagai sekolah mencoba mendekati Tyas, semua gagal.
Rama sendiri adalah seorang cupu yang dikategorikan eksentrik karena hampir putus urat malunya. Ia berjuang merebut perhatian Tyas selama masa putih abu-abu dengan soundtrackWhat Can I do To Make You Love Me dari The Corrs. Ia bersaing ketat dengan beberapa kandidat lain yang secara intensif melakukan lobi untuk memenangkan hati Tyas. Rama tidak gentar, dengan koalisi beberapa rekan, dan serangkaian lobi secara personal, ia memulai sebuah misi untuk memenangkan hati sang Mahadewi.
Perjuangan Rama di masa putih abu-abu terpengaruh oleh berbagai elemen roman picisan tentang bunga, cokelat, puisi, lagu, artikel, buku, film dan kejutan. Ia benar benar mengaransemen sebuah lagu, membawakan cokelat, membuat puisi, menulis skrip dan menyutradari sebuah film, menulis artikel mengenai deskripsi perasaannya, membeli buku berjudul sama dengan Tyas, dan mempersiapkan kejutan ulang tahun untuk gadis pujaan.
Namun, apa daya, segala usahanya gugur, hati Tyas kukuh dan kuat seperti Tembok China yang menahan segala serangan dari kaum barbar Mongol. Tyas bergeming dan dingin menghadapi Rama, banyak rekan mengasihani Rama, tapi ia tidak peduli. Banyak orang menasehatinya untuk mundur saja, Rama pantang menyerah, ia terdiam menghadapi tembok China dan memikirkan strategi baru (setelah rangkaian aksi sebelumnya gagal) sambil menjaga jarak. Terminologi yang tepat untuk menggambarkan Rama adalah keras kepala, seakan tidak ada otak, melainkan batu di kepalanya, sehingga keras kepalanya. Ia mengubah taktik untuk menjadi lebih pasif dan mengakhiri masa SMA tanpa pernah mengutarakan perasaannya secara harfiah kepada Tyas. Dugaan kuat pribadi, sepertinya Rama menderita Obsesif Kompulsif ringan bila sel syaraf otaknya mendengar, mengingat, atau melihat Tyas. Masa Ujian akhir yang semakin mendekat memaksanya merubah orientasi prioritas.
Masa putih abu-abu berakhir, mereka berdua lulus, Rama akhirnya diterima di universitas kere (karena almamaternya sewarna dengan karung goni) dengan jurusan yang masih asing di telinga awam, kami menempuh perguruan tinggi di kota yang sama, kos yang sama pula. Sementara itu, Tyas diterima di universitas ternama (pada tingkat provinsi) di jurusan Pendidikan anak usia agak lucu tapi mulai bandel. Kini terbentang jarak antara Rama dan Tyas sejauh   132 kilometer, Rama di kota budaya, sementara Tyas di kota industri. Pun, Rama selalu GR karena merasa dekat dengan Tyas, walau Tyas sama sekali tidak merasakan kedekatan itu.
Di masa kuliah, Rama yang pantang menyerah kembali melancarkan serangan udara terhadap tembok China. Berawal dari pesan singkat yang entah kenapa berbalas, terjadilah komunikasi intensif di antara dua insan ini. Hal yang cukup unik pada periode pasca putih abu-abu adalah, Tyas menjadi cukup terbuka terhadap Rama. Singkat cerita, pada suatu malam di pertengahan Oktober, Rama berteriak kegirangan di kamarnya, ia melompat-lompat di atas kasur dan berlarian di kamarnya. Matanya berbinar, senyumnya lebar, ia tampak sangat senang, seperti bocah umur tiga tahun membuka bungkus mainan. Ia memamerkan ponsel putih bututnya yang berisi pesan singkat, dari Tyas “Ram,luv u..”. Ikut berbahagia, kuucapkan selamat untuk sahabat karibku. Rama menjadi juara dari kompetisi ketat banyak pemuda lain yang berusaha memenangkan hati Rama. Dirinya adalah kekasih pertama Tyas, begitu juga sebaliknya. Ia melanjutkan lompatan girangnya hingga kelelahan dan tertidur lelap. Itulah hari 1, hari pertama ungkapan perasaannya dengan tindakan non-verbal dalam kurun waktu satu setengah tahun sebelumnya terbalas, ia resmi memulai hubungan dengan Tyas.
Berhasil mendapatkan gadis pujaannya, adalah sesuatu yang tampak seperti kemenangan Nazi atas Perang Dunia 2, tidak mungkin terjadi. Rama tampak ceria, perjuangannya berbuah manis. Ia mengubah analogi dari kaum Mongol dan Tembok China, menjadi Stalingrad, di mana keadaannya sekarang adalah pasukan komunis Soviet yang dengan (amat sangat) bersusah payah dan kekuatan tersisa mengalahkan prajurit Jerman di musim dingin. Berhasil mengamankan prioritas hidup dalam hal asmara, ia tak mau berlarut dalam euforia anak muda soal cinta. Rama fokus belajar di jurusan yang asing di telinga awam itu dan mengisi waktu luang dengan berorganisasi di beberapa bidang dan fokus melakukan riset. Kehadiran Tyas sebagai pendamping, walaupun jarak jauh, cukup mengubah hari-hari Rama. Ia menjadi lebih antusias dan sering mengatakan inspirasi baru dalam hari-harinya adalah Tyas.
Walaupun tampak sibuk, Rama selalu meluangkan waktu untuk berkomunikasi via telepon dan pesan singkat setiap hari dengan gadis pujaannya. Peribahasa “Love is stronger than the miles between you”terimplementasi dengan cukup kuat. Teman-teman Rama sering mencemooh dirinya karena seringkali menyendiri di waktu istirahat kuliah, untuk memegang telepon dan berbicara panjang lebar sambil senyum-senyum sendiri seperti orang tak waras di pinggir jalan. Toh, ia tak peduli, apa saja kata orang, asalkan ia menjalin komunikasi yang lancar dengan Tyas.
Walau jurusan yang Rama tekuni seringkali membuatnya terdampar di daerah terpencil dalam kurun waktu lama, ia masih bisa mempertahankan komunikasi dengan mendaki dan berjalan cukup jauh untuk mencari segaris tanda sinyal di telepon selulernya, untuk sekedar menanyakan kabar Tyas. Bahkan ketika terbentang jarak jutaan kilometer karena perbedaan benua dan perbedaan waktu 4 jam pun, mereka mampu mempertahankan relasi. Dengan dukungan penuh dari Tyas, Rama menjalani berbagai kegiatan dengan bersemangat.
Beberapa kali Rama menemui jalan buntu dalam kepadatan kegiatan dan kuliahnya, dengan sabar Tyas memberikan dukungan dalam berbagai bentuk yang kreatif. Intensitas pertemuan mereka pun jarang, minimal sekali dalam waktu satu bulan mereka bertemu di kota kelahiran. Seringkali mereka menentukan jadwal kepulangan yang sama, agar bisa naik bus bersama. Kadangkala, Rama meluangkan waktu di antara kesibukannya yang padat untuk menaiki sepeda motor atau bus menempuh jarak 132 Kilometer hanya untuk mengembangkan senyum di bibir manis Tyas yang senang mendapatkan kunjungan tak terduga. Sesekali, Tyas hadir di akhir pekan untuk mengunjungi pantai bersama, menikmati film, mencoba masakan kuliner baru berdua, dan sekedar berjalan-jalan menyusuri kota sambil mengobrol dan tertawa. Rama tampak bahagia, begitu pula Tyas. Rama yang cerewet seperti burung beo tampak mampu membangun chemistry cukup kuat dengan Tyas yang pendiam.
Pernah suatu ketika, Tyas mengabarkan dirinya sakit dan tidak mau minum obat. Tanpa buang waktu Rama segera menempuh perjalanan 132 kilometer dengan sepeda motornya tanpa bercerita ke Tyas kalau dirinya akan datang. Akhirnya, pertemuan terjadi dan Tyas mau meminum obatnya, sekaligus senang mendapat kejutan. Didera kesibukan, Rama segera kembali ke kota budaya, dini hari ia sampai. Mukanya lelah, namun senyumnya mengembang lebar. Tak apalah perjalanan jauh, asal bisa menjenguk kekasih yang sedang tidak mau minum obat, katanya. Hanya gelengan kepalaku yang menjadi respon atas kalimat pendeknya itu.
Tahun tahun kebersamaan itu terus berlanjut, Rama dengan mulut besarnya seringkali membanggakan Tyas di hadapan koleganya. Tentang Tyas yang menurutnya paling cantik, semua gadis selain Tyas buruk rupa, Tyas paling manis, dan beberapa ungkapan lebay lainnya, seakan ia menjalin hubungan dengan seorang bidadari. Kesombongan yang agak menjengkelkan sebenarnya, tapi Rama selalu terlihat antusias dan serius. Ketika membanggakan kekasihnya itu, matanya tidak mengindikasikan kebohongan. Perkiraan pribadi, Soundtrack dari perasaan Tyas adalah lagu Malique and D’essentials yang berjudul Dia.

"dia seperti apa yang selalu kunantikan, aku inginkan
dia melihatku apa adanya seakan ku sempurna
dia bukakan pintu hatiku yang lama tak bisa
percayakan cinta hingga dia disini
memberi cinta ku harap"

Di kala mereka sedang berkumpul bersama teman-temannya, Rama akan membanggakan Tyas, Tyas hanya akan tersenyum jengkel karena malu sambil mencubit lengan Rama. Lucu, secara karakter, Tyas adalah Times New Roman dengan kurva garis lurus, tegas, dan kaku. Sementara itu, Rama adalah Comic Sans, dengan kontur tak beraturan yang unik. Tapi entah bagaimana dua karakter dalam Microsoft Word tersebut mampu berdampingan dalam chemistry yang terpadu. Tyas adalah teh kering sementara Rama adalah gula yang keras, hubungan mereka adalah air putih yang menghubungkan dua zat terpisah itu.
Hari hari itu terus berlanjut, terkadang terjadi pertengkaran di antara mereka seperti pasangan pada umumnya. Hal hal sepele yang menjadi pemicunya, sms tak berbalas, terlalu sibuk dengan organisasi dan teman, juga kebiasaan bangun kesiangan. Seperti pasangan pada umumnya, mereka juga cepat berimprovisasi, mengenal kebiasaan buruk masing-masing dan menghindari pemicu pemicu pertengkaran. Masa perkuliahan akhirnya berakhir dengan hubungan mereka yang saling menguatkan, dengan fluktuasi hubungan dalam kategori stabil. Mereka diwisuda hampir bersamaan, satu hal yang sangat disesali Rama, ia tak bisa menghadiri ujian Tyas karena sedang ada urusan yang tak bisa ditinggal.
Selepas wisuda, Tyas kembali ke kampung halaman untuk menjadi pendidik. Sementara itu Rama mengejar cita-cita untuk mendapat beasiswa dan melakukan studi lanjutan. Sayangnya, di tengah jalan, Rama harus memutar langkah dan kembali ke kampung halaman. Pilihan yang cukup berat untuk meninggalkan kota budaya. Rama menghabiskan waktu di kampung halaman menjalani misi khusus, poin positif adalah intensitas pertemuannya dengan Tyas meningkat drastis. Mereka tak lagi menjalani hubungan jarak jauh.
Setiap pulang sekolah, Rama selalu menyempatkan waktu untuk makan siang bersama Tyas. Hari-harinya yang mendung karena putaran langkah yang diambil menjadi sedikit lebih cerah dengan adanya Tyas. Begitupun sebaliknya, Tyas menjadi senang karena mereka tak lagi menjalani hubungan jarak jauh. Intensitas pertemuan yang tinggi pun kadang diselingi oleh Rama yang bepergian jarak jauh dalam rentang waktu lama untuk panggilan kerja. Hingga akhirnya masa karier serius dimulai, Rama diterima sebagai pelayan masyarakat di institusi hura-hura. Sementara itu, Tyas diterima sebagai pegawai tetap institusi pendidikan yang terhormat. Sayangnya mereka harus terpisah oleh jarak lagi. Rama harus tinggal di ibukota kandang ayam, sementara Tyas tinggal di kampung halaman yang nyaman. Rama dan Tyas telah memantapkan diri, mereka telah yakin satu sama lain untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius. Sebuah pertanda baik, ia ceria menyampaikan keseriusan hubungannya kepadaku.
Akhirnya dimulailah tahapan baru dalam hubungan mereka, tahap hubungan jarak jauh dalam rentang jarak 552 kilometer, dan sekitar 12 jam perjalanan darat. Seperti hubungan jarak jauh sebelumnya, mereka menjalin komunikasi intensif. Namun kini Rama cukup tersita waktunya dengan kesibukan kerja dan kepadatan kota kandang ayam. Untung saja Tyas selalu bersabar dan menyemangati, setiap hari, setiap, pagi, siang, dan malam. Pasangan yang membuatku iri, dengan kebersamaan dan perhatian tanpa memandang jarak.
 Hingga akhirnya badai itu datang…
Tempo hari, kulihat Rama menyetir mobil dan berhenti di sebuah perempatan di kampung halaman. Kepalanya menoleh ke jok kiri yang kosong, sepintas kulihat Rama tersenyum kecut. Entah kenapa, pipinya terlihat basah, ia laki-laki lucu yang sangat tangguh selama ini.
 Tak pernah kulihat segala daya listrik energinya mendadak mati seperti ini. Aku ajak dirinya untuk bertemu. Tak biasa, langkahnya gontai, tatapannya tertunduk dalam sudut 45 derajat dalam langkah kaki menuju rumahku. Tak tampak senyum lebar mengembang di bibirnya, tatapannya kosong, wajahnya lesu, matanya sembab agak kemerahan, ia tampak sangat terguncang. Dengan singkat ia bercerita, “Tak bisa dilanjutkan lagi sepertinya”. Segera aku paham maksudnya, hubungannya dengan Tyas tak lagi berlanjut, kutepuk pundaknya pelan menguatkan.

Rama adalah laki-laki dengan dua prioritas sebagai fondasi utama hidupnya, Ibu dan Tyas. Kini ia kehilangan salah satunya, struktur bangunan semangat dan antusiasme dalam dirinya roboh seketika. Ia tertunduk dan sesekali mendongak, bibirnya terkatup, tak lagi mengeluarkan suara berisik dengan berbagai banyolan kocak. Beberapa kali ia merasakan kemarahan dan kekecewaan, ia hanya akan bersikap diam, menutup diri dan menghindari bertemu orang orang. Namun ada yang berbeda kali ini, gesturnya menyiratkan kepedihan mendalam, bahunya tak lagi tegak, seakan ada dua karung berisi semen di tiap sisinya. Kondisinya mengingatkanku akan karakter Tom dalam (500) Days of Summer , ia tampak linglung dan mengalami disorientasi. Sebenarnya pasangan ini pernah putus 2-3 kali sebelumnya,tapi tidak pernah reaksinya seperti ini.
Rama mulai bercerita, bibirnya bergetar. Ternyata ada pihak tertentu yang memiliki legitimasi atas pilihan Tyas tak bisa menerimanya sebagai pendamping. Ironis, Rama harus menanggung kesalahan yang tak pernah dilakukan, kesalahan yang selama ini ia tentang sekuat tenaga. Latar belakang kehidupannya seakan menjadi bayangan dari diri Rama, tak akan pernah bisa lepas, selamanya. Posisinya sekarang seperti penerus korban genosida dan diskriminasi mereka yang tertuduh merah di era 1966. Tuduhan miring melekat dirinya secara otomatis, tanpa ia kehendaki, tanpa ia mau. Seakan-akan di KTPnya ada tanda khusus menandakan ia bukan bagian dari kebanyakan orang yang layak menjadi bagian dari kelas terhormat. Rama ada di sebuah persimpangan yang menyakitkan, di mana semua pilihan tertutup rapat oleh bayangan yang mau tidak mau terpaksa ia tanggung.
Dalam sebuah kesempatan yang sangat jarang, kulihat ia pesimis, ia menyiratkan keputusasaan. Tangannya mengusap matanya pelan, dan untuk pertama kali, kulihat ia mengeluarkan air mata. Rama, laki laki lucu yang selalu mendukungku di saat aku sedang tak berdaya, yang sekalipun tak pernah kulihat bersedih,kini dalam kondisi setertekan ini. Ia tidak pernah curhat mengenai masalah pribadinya, Rama selalu berusaha untuk menguatkan kolega, dan tak berbagi tentang masalahnya. Kutepuk pundaknya, tak tahu harus mengungkapkan apa.
“Apa langkahmu selanjutnya?”
Tanyaku pelan, ia menggeleng kepala pelan.
“Ada satu pertanyaan yang Tyas ajukan, dan belum kujawab dengan jelas karena kesibukan…”
Ucapnya terisak,
“Apa sih yang bikin kamu ingin terus bertahan denganku?, begitu pertanyaannya”
“Apa jawabanmu, Ram?”
“Aku ingin mempertahankannya, karena ialah yang paling sempurna dalam ekspektasiku, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, her imperfection is a perfection itself. Karena aku yakin dirinyalah yang terbaik untukku dalam segala kekurangan yang sudah aku hapal dan kelebihan yang aku syukuri. Aku ingin mempertahankannya, karena dengan segala hal yang sudah kita lalui bersama, aku mantap kalau ia akan menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku dan menjadi pendamping yang setia bagiku, tak pernah sekalipun terpikir untuk berpaling darinya, dan Tyas tak pernah berpaling dariku. Yang paling penting, senyum, pesan singkat, tatapan mata, suara, telepon, dan akumulasi kebahagiaan darinya adalah sumber energiku untuk menjalani hari, mengejar mimpi…sulit membayangkan menjalani hari-hari dalam jangka panjang tanpa dirinya yang selalu mensupport penuh keadaanku” ucapnya sambil agak tersenyum sedikit mengingat hari hari indah di belakangnya. Dalam sekejap, senyum itu hilang, ia kembali tertunduk.
Aku sedih melihatnya, Rama yang begitu kuat, dalam sekejap menjadi begitu rapuh. Dirinya yang tak pernah menyerah dengan tujuan, kini menjadi lemas tak berdaya.
“Apa langkahmu selanjutnya?”
Tanyaku pelan, sambil menyuguhkan secangkir teh.
“Aku tidak tahu…aku bingung” ucapnya lirih, sekilas kulihat matanya.
Kuperhatikan lebih detail, kulihat masih ada setitik semangat di pancaran mata di antara puing-puing kerapuhannya. Ia akan bangkit, dan kembali berjuang, karena temanku, Rama Tak Pernah Mati, Tak Akan Berhenti bila telah menetapkan sebuah tujuan. Energi itu telah tercabik dengan sangat keras dan remuk, tapi tidak hancur. Ia bangkit dari kursi dan melangkah gontai pelan, entah kenapa pancaran energi yang tadi sekilas kulihat kini terlihat samar. Apakah ia benar benar putus harapan kali ini?
“Every second from one hundred seventy five million, eighty hundred twenty four thousand second  I spent with her in past, is a worth time to spent. It filled with laugh, care, smile, love, kindness, and sweet memory…I truly love her from deep inside my heart and couldn’t think any way of life without her stood by my side”pesan singkat Rama dalam perjalanan pulang.